• Beranda
  • Struktur Organisasi
  • Publikasi
    • PWI Tangsel
    • Seputar Tangsel
    • Umum
  • Galeri
  • Home
  • Pengurus
  • PWI Tangsel
  • Seputar Tangsel
  • Umum
  • Galeri
  • Beranda
  • Struktur Organisasi
  • Publikasi
    • PWI Tangsel
    • Seputar Tangsel
    • Umum
  • Galeri
  • Home
  • Pengurus
  • PWI Tangsel
  • Seputar Tangsel
  • Umum
  • Galeri
Search
  • Beranda
  • Struktur Organisasi
  • Publikasi
    • PWI Tangsel
    • Seputar Tangsel
    • Umum
  • Galeri
Silakan login ke akun Anda Login
PWI Tangerang Selatan > Umum > Atal S Depari: UU ITE Bukan Justru Menakut-Nakuti Warga Yang Menyampaikan Pendapat Berbeda dan Kritis
Umum

Atal S Depari: UU ITE Bukan Justru Menakut-Nakuti Warga Yang Menyampaikan Pendapat Berbeda dan Kritis

Admin 149 kali dilihat 3 Maret 2021
Bagikan
6 menit dibaca
Media Mainstream di Tengah Disrupsi Media Sosial
Bagikan

Tangsel, PWI News – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar webinar bertajuk “Menyikapi Perubahan Undang-Undang ITE, Kamis (25/2/2021).

Tampil sebagai salah satu pembicara, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengakui bahwa setelah berlaku hampir berlaku 12 tahun, pasal karet dalam Undang Undang Infomatika dan Teknologi (UU ITE) harus dilakukan revisi karena dinilai merugikan masyarakat.

“Kita sedang mendiskusikan kesepakatan baru. jadi jangan alergi terhadap perubahan itu karena di dalam ilmu hukum selalu diajarkan perubahan yang disesuiakan. Tidak ada hukum yang berlaku abadi, yang penting masyarakat berubah,” ujar Mahfud

Dikatakan Mahfud, jika dalam UU ITE ada watak pasal karet bisa direvisi.

“Apakah dengan mencabut atau menambah norma baru, bisa saja dilakukan di dalam kerangka itu, bahwa hukum adalah kesepakatan yang dibuat. Saat ini kita sedang mendiskusikan kesepakatan baru. Jadi jangan alergi terhadap perubahan itu karena di dalam ilmu hukum selalu diajarkan perubahan yang disesuaikan, Tidak ada hukum yang berlaku abadi, yang penting masyarakat berubah,” papar Mahfud.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Menurut Mahfud MD, dimana ada masyarakat disitu ada hukum. “Hukum itu berubah jika alasannya berubah, sesuai dengan pilahnya, jangan takut merubah hukum. TIdak bisa diingkari sejak dahulu, hukum itu selalu bisa diubah sesuai perubahan jaman. Kita punya kebutuhan hukum sendiri, hukum bisa berubah dengan waktu, tempat. Untuk itulah pemerintah, menyambut baik webinar yang diadakan PWI ini,” urai Mahfud.

Pakar hukum Abdul Fikar Hadjar SH MH mengakui permasalahan di UU ITE pada dasarnya permasalahan yang timbul hampir sebagian besar antara orang per-orang.

Jadi, lanjutnya, harusnya bisa dilarikan ke urusan perdata, karena itu resminya ada sikap yang jelas dari penegak hukum, tidak semua laporan diterima, saringannya adalah pendapat.

“Kualifikasi ujaran mana yang termasuk kritik, pencemaran nama baik. Di luar itu, tidak masuk kualifikasi. Yang jadi soal, ssaat ini semua masuk laporan, yang terakhir kasus Abujanda, setelah itu baru muncul idenya untuk merevisi. Butuh penjelasan, bisa dibedakan mana politik mana pidana,” tutur Abdul Fikar Hadjar.

Karena itulah, Abdul Fickar Hadjar menghimbau agar aparat penegak harus ketat dalam menerima laporan, dan itu sudah dilakukan kepolisian.

“itu diinspirasi oleh niat presiden,” selorohnya.
Abdul Fickar Hadjar juga sepakat jika pasal 27 dan 28 direcisi karena tidak semua ujaran dianggap pencemaran karena yang ditakutkan adalah ancaman hukumannya.

“Lebih dari lima tahun, bisa ditangkap, itu yang menakutkan, namun jika di KUHAP kurang dari lima tahun ancaman hukumannya tidak bisa ditahan,” katanya.

Dikesempatan yang sama, Wakil Ketua DPR RI, Aziz Samsudin mengatakan pasal-pasal yang berkatian dengan UU ITE antara lain pasal 27, 28, 36 dan 40 menjadi perhatian semua masyarakat dan penegak hukum, bagaimana UU ITE menyikapi.

“Kami di parleman menunggu dari kesepakatan partai untuk membahas dan menyikapi hal ini, untuk disetujui bersama pemerintah, apabila disetujui, tentu menjadi bahan diskusi. Hingga hari ini, pembahasan tentang itu belum ada, baru wacana di media. tentu akan menjadi bahasan. Intinya DPR menunggu kesepakatan yang diambil pemerintah dan parlemen untuk dibahas dengan 9 partai di parlemen,” jelas Aziz Samsudin.

Pada kesempatan tersebut Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh mengakui bahwa terkait maraknya permintaan revisi UU ITE. Nuh mengungkapkan, UU ITE yang disusun pada 2008 awalnya memang tidak diharapkan berfungsi seperti saat ini.

“Saya mikir kok rasanya dulu tidak begini, dulu kita ingin memberi kepastian hukum transaksi teknologi tapi kok tiba-tiba urusan caci maki,” ucap M. Nuh.

Nuh menyebut UU ITE kini menjadi ganjalan bagi demokrasi di Indonesia. Tidak saja di lapisan masyarakat, wartawan pun banyak dirugikan karena dilaporkan ke pihak berwajib dengan merujuk UU ITE.

Muh. Nuh melanjutkan, awalnya ide dari ITE untuk memberikan payung transaksi-transaksi ekonomi, dan perkembangan informasi digital Indonesia.

“Dulu itu kan tanda tangan harus tanda tangan basah, yang punya legal standing diteken pakai meterai, cap stempel dan lainnya. Faks juga belum punya dasar, sekarang sudah bisa dijadikan produk hukum,” imbuhnya.

Diterangkan Nuh melalui Surat Edaran Kapolri mengenai Penanganan Perkara UU ITE belum cukup untuk bisa melindungi masyarakat.

“Saya coba pahami begitu Kapolri keluarkan aturan kalau sudah minta maaf tidak perlu dipenjara, tapi penting agar UU ITE ini dibuat turunan Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Menteri (Permen) yang memang berikan perlindungan rasa keadilan pada masyarakat,” tandasnya.

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat Pusat Atal S Depari saat memberikan sambutan pada acara Webinar mengatakan UU ITE seharusnya memberikan rasa keadilan kepada masyarakat. Membangun kehidupan demokrasi yang lebih baik dan menciptakan kesejahteraan rakyat.

“Bukan justru menakut-nakuti warga yang menyampaikan pendapat berbeda dan kritis. Sedangkan ceck and balance merupakan kehidupan demokrasi yang baik,” ujar Atal. (*)

TAGGED: PWI PUSAT

Terbaru

PWI Tangsel
PWI Tangsel dan IJTI Solid Berbagi, Santuni Anak Yatim dan Buka Bersama
PWI Tangsel 25 Maret 2025
PWI Tangsel
Perkuat Persahabatan: PWI Tangsel, IKPP Tangerang Mill dan Eka Hospital Buka Bersama
PWI Tangsel 21 Maret 2025
PWI Banten
Pj Gubernur Dukung PWI Banten Berangkat HPN 2025 Banjarmasin Kalsel
Umum 5 Februari 2025
PWI Provinsi Banten
Pengurus PWI Provinsi Banten periode 2024-2029 Dilantik, Ini Harapan Hendry Ch Bangun
Umum 21 Januari 2025
PWI Banten
PWI Banten Bersama IJTI dan AJI Kolaborasi Lindungi Wartawan
Umum 17 Januari 2025
- Advertisement -
Ad imageAd image

Baca Juga

PWI Banten
Umum

Pj Gubernur Dukung PWI Banten Berangkat HPN 2025 Banjarmasin Kalsel

5 Februari 2025
PWI Provinsi Banten
Umum

Pengurus PWI Provinsi Banten periode 2024-2029 Dilantik, Ini Harapan Hendry Ch Bangun

21 Januari 2025
PWI Banten
Umum

PWI Banten Bersama IJTI dan AJI Kolaborasi Lindungi Wartawan

17 Januari 2025
PWI
Umum

Menjelang Pemilu 2024, PWI Bentuk Tim Satgas Anti Hoax

9 Januari 2024
PWI Tangerang Selatan

Jl. Batam No.20 Blok I2, RT.3/RW.5, Rw. Mekar Jaya, Kec. Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310

Facebook Instagram Youtube

Quick Link

  • Sejarah
  • Visi, Misi, & Filosofi
  • Struktur Organisasi
  • PD PRT PWI
  • PWI Tangsel
  • Seputar Tangsel

© 2024 PWI Tangerang Selatan | All rights reserved

Designed by ❤ dezainin.com

Selamat Datang!

Silakan login ke akunmu

Lupa sandi?